Hey there, ini adalah salah satu karya prosa gue. Cerita ini hasil modifikasi dari Legenda Banyuwangi. Yah, iseng-iseng aja taru di blog. And hope you guys like it! :D
Suci memang dikenal sebagai gadis yang baik dan cantik. Sampai-sampai seorang manager suatu perusahaan besar sangat ingin mempersuntingnya. Ya, Soni Herlambang, pemuda tampan yang sudah dua tahun memimpin perusahaan ayahnya ini sangat jatuh cinta kepada Suci.
Namun sebulan belakangan, rupanya Soni memiliki masalah bisnis dengan pak Hasan, ayah Suci. Konflik ini berakhir dengan pembunuhan. Soni yang tak tahu bahwa orang yang telah ia bunuh adalah ayahanda Suci, merasa tak bersalah. Ia pun mendesain pembunuhannya itu, seakan pak Hasan meninggal karena bunuh diri.
Setahun berlalu, dan Soni berencana meminang Suci. Sebelumnya, Mahesa, kakak Suci, berkata kepada Suci bahwa Sonilah yang membunuh ayahnya. Rupanya Mahesa tahu akan perang bisnis ayahnya dengan Soni. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, pak Hasan sempat meminta perlindungan kepada Mahesa karena ia diteror oleh ancaman pembunuhan dari musuh bisnisnya. Namun tentu saja kesaksian itu tak berguna. Entah Soni yang main belakang atau memang Mahesa yang tak mempunyai bukti apa-apa. Bahkan Suci pun tak percaya akan kata-kata kakaknya sendiri.
Pernikahan itupun akhirnya berlangsung. Soni dan Suci sudah resmi menjadi suami-istri. Setelah menikah, Suci dipekerjakan sebagai pegawai swasta di sebuah perusahaan milik bapak Henru Wicaksono. Selang sebulan Suci bekerja di sana, pak Henru mulai memiliki rasa cinta padanya. Ia sering merayu-rayu Suci, dan bahkan hampir kurang ajar padanya. Lama kelamaan Suci tak betah dan memutuskan untuk mengundurkan diri. Ia pun lebih memilih bekerja menjadi pelayan restoran walaupun sebenarnya Soni agak keberatan. Tak disangka, ternyata selama ini Mahesa memata-matai adiknya. Mahesa tahu jika Henru ingin berselingkuh dengan Suci. Hal ini ia manfaatkan untuk memisahkan Suci dengan Soni.
Pada suatu malam, hujan turun sangat lebat dan jalanan sangat macet. Suci pulang sangat larut. Sesampainya di rumah, Soni memarahinya. “Jam segini baru pulang, abis ngapain aja kamu?”, ujar Soni. “Tadi hujan deras, Kak. Lagian jalanan macet banget”. “Aku bilang juga apa, biar aku aja yang kerja, kamu jaga rumah”. “Tapi aku bisa apa di rumah? Nggak ada kegiatan yang bisa aku lakuin”. “Mending, daripada kamu pulang larut terus ada orang yang macem-macem sama kamu, gimana?”. “Ya kan aku bisa jaga diri”. “Tidak semudah itu. Aku takut kehilangan kamu, Suci. Sudahlah, turuti perkataan suamimu ini!”. “Iya, Kak. Suci minta maaf”.
Demi mematuhi perkataan suaminya, Suci pun berhenti bekerja. Soni membelikannya laptop beserta modem agar Suci tidak merasa bosan di rumah.
Mahesa memang mata-mata yang cerdas. Ia mengetahui perihal Suci yang pulang terlalu larut dan laptop barunya. Ia pun mengetahui bahwa Suci memiliki beberapa akun di jejaring sosial. Mahesa tidak kehabisan akal. Ia membuat akun palsu yang mengatas namakan Henru, mantan bos Suci dan mengirimi Suci e-mail yang berkata : ‘Terima kasih atas pelayananmu malam itu, sayang. Aku selalu mencintaimu walau suamimu menghalangik’. Setelah itu, Mahesa membuat akun baru yang menggunakan nama samaran dan mengirim e-mail kepada Soni. E-mail itu berbunyi ‘Janganlah kau lengah, ketahuilah apa yang sedang istrimu perbuat dan bagaimana ia memanfaatkan fasilitas yang telah kau berikan’.
Soni yang langsung membaca e-mail itu merasa bingung setengah tak percaya. Ia tak tahu siapakah yang mengiriminya e-mail. Muncul dugaan bahwa Suci telah melakukan hal yang tidak ia inginkan. Namun ia percaya bahwa istrinya itu orang yang baik dan setia.
Paska penerimaan e-mail dari orang misterius itu, ia jadi penasaran. Soni pun membuka beberapa akun Suci, namun tak menemukan apa pun. Akhirnya ia mencoba untuk membuka e-mail Suci. Betapa terkejutnya ia mendapati e-mail yang masuk. Sesungguhnya ialah orang pertama yang membuka e-mail itu, karena Suci belum sempat membukanya. Soni sangat marah. Ia pun mencetak pesan itu dan membawanya pulang.
Sesampainya di rumah, terjadi pertengkaran hebat. Soni yang gegabah langsung menampar istrinya. Suci lantas bingung. Ia tak tahu menahu apa yang telah terjadi. “Kenapa sih, Kak? Kakak kok tiba-tiba main tangan ke aku?”. “Jangan pura-pura bodoh kamu ya, Suci. Aku ini mati-matian mencari nafkah buat kamu, beliin laptop buat kamu, cuma biar kamu senang, cuma biar kamu bahagia..”. “Ya kakak bilang dulu apa masalahnya, jangan tiba-tiba menghakimi Suci kayak gini!”. “Siapa itu Henru Wicaksono? Jawab!”. “Itu mantan bos aku. Ada apa dengan pak Henru?”. “Habis ngapain aja kamu sama dia? Tidur bareng? Iya?”. “Ya Tuhan, Kakak.. Suci nggak pernah berbuat seperti itu, Demi Tuhan!”. “Ini apa?”, Soni menunjukkan print out screen shoot pesan yang dikirim oleh ‘Henru’. “Tapi Demi Tuhan, Kak..”. “Jangan bawa-bawa nama Tuhan!”. “Sekarang apa Kakak tahu akun itu memang benar-benar milik pak Henru? Bisa saja ada orang yang bikin akun palsu dan mengatas namakan pak Henru”. “Oh, pintar mengelak ya kamu.. Itu udah jelas-jelas punya Henru Wicaksono”. “Asal kakak tahu ya, aku itu berhenti kerja karena aku selalu dirayu, dan aku gak suka itu. Aku setia sama Kakak! Lagipula inbox itu belum aku reply, kan?”. “Ya iyalah belum kamu reply, soalnya belum kamu baca, iya kan?”. “Memang aku belum sempat baca, mangkannya aku bertanya-tanya ada apa? Karena aku memang nggak berbuat apa-apa! Kakak bisa nggak sih percaya sama kata-kata aku?!”. Tangan Henru kembali melayang dan menampar Suci. “Aku udah nggak percaya lagi sama kamu, mulutmu mulut buaya! Kata-katamu kasar sekali sama suami”. “Sekarang siapa duluan yang kasar, siapa?!”. Suci emosi. Begitu pula Soni yang berapi-api. Soni pun mendorong tubuh Suci hingga terpelanting. Ia lalu bergegas menuju dapur dan kembali dengan sebilah pisau. “Sekarang kamu jujur sejujur-jujurnya sama aku. Ada hubungan apa kamu sama Henru”. “Nggak ada”. Soni mencekik Suci sambil mengayunkan pisaunya. Suci pun berkata, “Silahkan saja Kakak bunuh Suci. Tapi inget, Kak. Kalau Suci benar, maka setiap air yang mengalir di sekitar kakak akan berbau harum karena itulah aroma darah Suci yang suci dari kebohongan. Namun jika sebaliknya yang terjadi, maka selama ini Suci berbohong pada kakak”. Dan itulah kata-kata terakhir Suci sebelum pisau itu menancap di jantungnya. Soni pun mengubur jasad istrinya di belakang rumahnya. Ia menyembunyikan jejaknya dengan selalu menutup rapat rumahnya. Kebetulan keluarga Soni dan Suci tinggal berjauh-jauhan dan jarang berhubungan. Jadi tidak ada kecurigaan yang timbul.
Paska kepergian Suci, banyak hal aneh yang terjadi. Soni sering mencium bau harum setiap kali ia menyalakan keran, di kamar mandi, dan jika hujan turun. Soni pun bertanya-tanya, apakah ucapan istrinya itu benar-benar terjadi. Ia pun menyelidikinya dengan berpura-pura menjadi investor perusahaan Henru.
Beberapa hari kemudian, Soni menemui Henru di kantornya untuk memperbincangkan investasinya setelah sebelumnya sudah saling tahu-menahu.
Sewaktu berbincang panjang lebar di ruangan Henru, tiba-tiba Henru mendapat panggilan dari seseorang di ponselnya. Ia pun pamit untuk keluar sebentar. Selama menunggu, Soni melihat sekeliling ruangan, siapa tahu ia mendapatkan bukti baru. Soni melihat lagit-langit ruangan dan tak sengaja menyenggol tumpukan berkas di ujung meja yang menyebabkan sebuah benda terjatuh. Soni kaget dan penasaran apa benda tersebut. Setelah ia pungut, ternyata itu adalah memory card. Iseng, Soni pun menyimpannya. Ketika Henru kembali, mereka pun melanjutkan perbincangan.
Sesampainya di rumah, ia pun memasukkan memory card tersebut ke dalam card reader dan meng-in put nya ke dalam laptop. Betapa tercengangnya ia mendapati isi memory card tersebut. Isinya adalah sebuah video berdurasi 1 menit 17 detik. Gambarnya terambil dari bawah. Video itu seolah mengisyaratkan betapa bodohnya Soni. Di dalam video itu, Suci dirayu oleh Henru. “Ayolah, Suci. Kamu pasti akan puas bersamaku dari pada bersama suamimu”. “Bapak ini ngomong apa? Saya ini mencintai suami saya! Saya tak peduli apapun yang terjadi!”. “Kamu itu hanya terkena tipu daya suamimu, percayalah padaku”. “Eh, siapa lo? Enak aja gue suruh percaya.. Kurang ajar banget sih jadi laki. Bini lo tuh urusin, bukannya ngajakin orang selingkuh! Dasar buaya lo!”. Lalu Suci keluar dan membanting pintu sekeras-kerasnya. Rupanya kejadian itu tak sengaja terekam oleh kamera Henru yang tergeletak dalam keadaan ON. Henru sebenarnya hendak meremukkan memory card itu, namun ia terlambat. Soni telah mengetahui segalanya. Ia sangat menyesal akan perbuatannya. Ia pun membuatkan batu nisan untuk Suci yang bertuliskan ‘Suci Larasati Herlambang, Lahir 10 Oktober 1987, tak pernah wafat di hati Soni Herlambang’.
Soni pun menyerahkan alih perusahaannya kepada adiknya, sementara ia menyerahkan diri ke pihak yang berwajib atas tindakan pembunuhannya kepada sang istri. Ia pun dipidana selama 7 tahun penjara. Tak hanya itu, seluruh keluarga Suci sangat dendam kepada Soni. Entah apa yang akan mereka lakukan padanya setelah terbebas dari jeruji besi. Sedangkan Henru, ia tertangkap basah berselingkuh dengan wanita lain. Henru pun bercerai dengan istrinya yang sejatinya adalah pewaris tunggal perusahaan. Henru pun tak punya apa-apa lagi.
Sampai sekarang, Soni masih menghirup aroma harum dari air yang mengalir di sekelilingnya. Suci kini tinggalah kenangan. Soni hanya bisa meratapi nasibnya di balik jeruji besi yang dingin tanpa belaian seorang istri.