Beberapa kue jagung dan roti cumi cukup memenuhi kantong bekal kami. Menurut pedagang, Musium Ikan Rogoojen ada di Jalan Barat, 2 km dari kerajaan. Tak mau membuang waktu lagi, kami bergegas ke sana.
Musium itu cukup besar, memiliki halaman seluas seperempat hektar dengan kolam ikan membentang dari belakang gerbang utama sampai beberapa meter di depan pintu masuk. Jembatan dengan lebar 2 meter adalah jalur utama menuju pintu masuk. Musium itu sangat megah dengan hiasan dinding ukiran khas Rogoojen dan etalase raksasa dari kaca anti peluru. Ada ribuan fosil ikan di sini. Dan ratusan ribu ikan hidup. Di musium itu juga terdapat perpustakaan. Buku-buku di sana mayoritas tentang ikan, samudera, atau sejarah leluhur pelaut Rogoojen.
Kami mendapat informasi dari sebuah buku bahwa seorang pelaut asal Desa Syoman, Rogoojen pernah menemukan kakap merah raksasa berukuran 5 kaki dan berat sekitar 50 pon di Pulau Gob, salah satu pulau tak berpenghuni di sebelah barat Eston. Sayang, kakap merah raksasa tersebut tak dapat ditaklukan. Sudah ratusan pelaut mencoba menangkapnya, namun selalu gagal.
Dari ibu kota Rogoojen, kami berkuda menuju Eston. Tepatnya Pelabuhan Vest. Di sana ada kapal barang yang akan berlayar ke Pulau Liba, 10 km dari Pulau Gob. Beberapa keping perak, maka kami akan mendapat sekoci untuk menyebrang menuju Gob. Soal kuda, di Liba kami akan menjualnya. Di sana, kuda termurah adalah seharga 25 keping emas, sedangkan kuda yang kami tunggangi adalah kuda kerajaan. Paling tidak 90 keping emas untuk 2 ekor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar