Jumat, 31 Agustus 2012

Time

Time is easily wasted, 
is clearly passed
You get stuck in it
Don't look back! 
Time could be a trap
Every second counts
And memories gone wild
There's nowhere left to get back
Forward, then find out the way..

@firaquos

Rabu, 29 Agustus 2012

Tour de Ijen 2012

Asik nih, antara bulan November dan Desember mendatang, pemerintah Kabupaten Banyuwangi ngadain "Tour de Ijen" alias balap sepeda Internasional! Ada 3 etape yang ditempuh. (Banyuwangi-Pulau Merah, Pulau Merah-Ijen, dan Ijen-Banyuwangi). Tour de Ijen ini yang pertama kali lo buat Banyuwangi! Tapi udah didaftarkan sebagai agenda tahunan UCI, kece.. Bakalan seru banget. Dan yang lebih sensasional adalah, Bupati Banyuwangi udah nyiapin 300 pemijat tradisional, asik.. Tim balap sepeda yang diundang gak tanggung-tanggung, mulai dari Asia, Australia, sampai dari Eropa! Nah, karena sekarang jalur perlombaan mengalami kerusakan parah, pak Anas, Bupati Banyuwangi mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan sebesar 8 miliar rupiah. Kalo digabung sama biaya penyelenggaraan dan lain-lain, dananya mencapai 10 miliar lebih, loh! Ckckck -___-" Insyaallah, Tour de Ijen nggak akan ngecewain Banyuwangi :)

karena Tour de Ijen belum berlangsung, jadi gambarnya gunung Ijen aja yaaa..

Minggu, 19 Agustus 2012

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Taqabbal Ya Karim

Maap, judulnya kaya ular. Maap juga kalo salah nulisnya. Udah jelas di entry ini aku mau apa. Karena besok lebaran, jadi yaaah...

Dengan sepenuh hati, aku mau minta maaf atas semua kekhilafan yang pernah aku buat, disengaja maupun tidak. Kata-kataku yang nyayat2 hati. Perilaku ku yang nusuk perasaan. Dan lain sebagainya yang udah aku perbuat kepada orang tuaku; ayah, bunda. temen-temenku; fira, nisa, yosi, rafika, sarah, nadya, cita, anak2 Gendledeys, GAMP, cowok2 maho; edo, lucke, awip, amek, akbar, fahmi, ferdi, senior-senior; mbak-mbak suche, mas wia, mas fikar, mas gelis yang dulu pernah aku tonjokin, followers, lorna, chandra yang habis2an aku bikin stres, dan baaaaaaaaaaaaaaaanyak lagi makhluk2 yang telah aku zalimi. Aku minta maaf.

Yang paling penting-keluarga. Adek riza terutama yang selalu aku takut2in pake shafou, putri, veren, mbak sarah, mbak ayu, mas bima, mas chrisna, mas andre, fafa, rizki, aza, kakak tata, kakak tia, emak dan mbah kung yang udah ada di alam sana serta seluruh keluarga azhari bahar dan abdurrahman matasan, aku minta maaf.

I mean it. Really. I'm sorry. Minal aidzin wal faidzin. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Taqabbal Ya Karim.. *yelling takbir*

from khadiza fitri shafira's deepest heart

Jumat, 17 Agustus 2012

Chapter 3 #2

Hampir saja kami meregang nyawa. Untung seekor gurita memberi kami ide untuk menyamar di tengah-tengah hamparan terumbu karang. Aku dan Joshi naik ke pantai dengan selamat.

Aku bertanya-tanya dalam hati, jika kakap itu roh pembimbingku, mengapa ia mencoba membunuhku dan Joshi? Aku menatap sisik itu lekat-lekat. Berharap beberapa saat kemudian timbullah cahaya dan sisik itu bertransformasi menjadi permata. Namun hingga senja menjelang, tak ada perubahan sama sekali. Aku sangat frustasi sementara Joshi sibuk mengarang hipotesa.

"Sebaiknya aku buang saja benda tak berguna ini..", aku melempar sisik itu ke belakang dan menembus masuk ke hutan.
"Kodi!! Apa yang telah kau lakukan, idiot!". Joshi berlari menuju hutan sebelum aku menahannya.
"Sudahlah Joshi, kita telah salah. Dia bukan roh pembimbingku. Dia mencoba membunuh kita.."
"Aku tak mau menyelam untuk bertemu kakap untuk yang kedua kalinya, Flatmounts! Dan aku tak akan membiarkan usaha terahirku sia-sia". Seraya melepaskan genggamanku, Joshi menghambur ke hutan.

Tak lama kemudian dia berteriak seperti orang yang terkena mantra Terezsa. Namun teriakan itu diselingi tawa. Aku berlari menuju hutan. Dan kemudian mendapati Joshi berdiri di tepi danau. Danau di tengah pulau.

"Apa-apaan ini?", aku menggeleng heran.
"Ambil tangkai terataimu!", teriak Joshi bersemangat.

Aku kembali dengan tangkai teratai dan dengan sigap, Joshi memakannya. Aku mengikutinya. Kami terjun dan merasa beku. Berenang di danau yang gelap, di tengah hutan pada malam hari adalah ide buruk. Namun kami tak bisa membengkalaikan apa yang telah kami kerjakan.

Aku dan Joshi bertukar pandang seketika melihat seekor kakap merah raksasa dengan sirip menjuntai bagai gaun sutra. Kakap itu menatap ke arah kami. Dia mendekat dan kemudian menjamah telapak tanganku dengan mulutnya yang berdiameter sebesar kepala orang dewasa. Joshi mencabut belati dari sarungnya namun aku menahannya. Kakap ini ingin... Ingin memberikan permata merah. Aku dapat melihat permata itu bersinar di tengah telapak tanganku. Aku melihatnya lebih jelas daripada melihat mata biru Joshi. Kami berdua sibuk terpukau oleh apa yang baru saja kami dapat tanpa menyadari roh itu menghilang di kegelapan dasar danau.

Aku terjingkat di pagi hari saat seekor pelikan menjatuhkan kotoran tepat disamping kepalaku. Aku melihat Joshi yang tidur dengan mulut merekah. Oh sial, itu semua hanya mimpi. Kemudian aku merebahkan tubuh di atas hamparan pasir putih yang menghangat diterpa panas sang mentari. Dan Joshi pun terjingkat dari tidurnya. Seketika itu, dia berceloteh..

"Kodi, aku bermimpi kita ada di danau, berenang, melihat kakap, siripnya panjang, hampir menelan telapak tanganmu dan kau menggenggam...". Tatapan Joshi beralih ke tangan kananku yang sedari tadi mengepal tanpa kusadari. "...permata", sambungnya.

Aku meregangkan telapak tanganku perlahan. Dan.. Dan menemukan barang berharga itu. Mata kami berbinar seketika menyadari mimpi itu adalah bagian dari kenyataan.
"Ayo kita lihat danau itu"

Kami menghambur ke dalam hutan. Namun tak menemukan danau. Hanya sisik kakap yang kubuang semalam. Benar-benar ganjil.
"Huh, 'Aku tak mau menyelam untuk bertemu kakap untuk yang kedua kalinya, Flatmounts' ", ejekku.
"Diamlah, itu terjadi dalam mimpi. Tunggu, apa kau memimpikannya juga?", tanya Joshi mengernyitkan dahi.
"Ya, dan itu terasa begitu nyata". Pandanganku tak beralih dari sisik itu.
Joshi mendekat dan berjongkok disampingku. "Apapun itu, kita berhasil. Kita harus menlanjutkan perjalanan. Kegelapan tak akan mengulur-ulur waktu melahap habis rumah kita, Queryn."

Chapter 3

Setelah bermalam di Dubel Deer di Liba, aku dan Joshi bersiap menuju pulau tak berpenghuni, Gob. Kami pun membeli sebuah sekoci seharga 12 keping perak. Cukup murah untuk ukuran 4 orang.

Setelah hampir seperempat hari, aku dan Joshi berhasil mendirikan tenda. Kebisuan menyelimuti makan siang kami. Hanya suara desiran ombak yang sedari tadi berhasil memecah keheningan. Tanpa berpikir panjang, aku memungut tangkai teratai dari kantung gandumku. Tangkai teratai ini telah dimantrai oleh Aishe agar aku dapat bernafas saat menyelam. Sepucuk untukku, sepucuk untuk Joshi, dan kami pun berada di bawah permukaan laut.

Tak butuh waktu lama untuk menemukannya. Ini seperti halusinasi. Kami melihat kakap merah itu. Begitu besar dan anggun. Untungnya aku sadar bahwa Joshi juga melihatnya. Perlahan, kami mendekat dan kakap itu tak bereaksi sama sekali. Sebagai orang awam, aku tak bisa membaca bahasa tubuh kakap ini. Namun yang sejauh ini tertangkap adalah ia tak bertelur atau sedang hamil. Ia sama sekali tidak agresif meskipun kami berada 5 inci dari sirip kanannya. Aku dan Joshi bertukar pandang, seperti orang kikuk yang tak tahu harus berbuat apa. Namun jika makhluk ini tidak bertelur, benda apa yang dapat menjelma menjadi permata kalau bukan sisik?

Joshi menyentuh sisik besar kakap itu. Meregangkan telapak tangannya dan menyusuri lekuk insang sang raksasa Gob. Reaksi yang ditimbulkan hanyalah sirip yang berayun-ayun dengan tempo yang tak menentu. Dirasa yakin, aku mencoba mencabut sisik itu seraya memanjatkan do'a tak berkesudahan.

Dan, sisik itu terlepas. Hening, sebelum kakap itu menjelma menjadi monster brutal yang sangat agresif.. bersambung

Banyuwangi Magazine

Banyuwangi sekarang punya majalaaaah... Kemarin tanggal 16 Agustus terbitlah edisi pertama. Headline-nya  tentang Bupati yang pacu KUR (Kredit Usaha Rakyat), Banyuwangi Ethno Carnival, Gandrung dan Triangle of Diamond.. Menunya nggak sedikit. Ada Ekonomi Bisnis, Peristiwa, Tata Kota, Pesona, Kuliner, Budaya, Lifestyle, dan masih banyak lagi.Majalahnya bagus banget, nggak kaya majalah murahan.. Desainnya dinamis. Isinya juga bermutu. Banyak banget informasi yang aku dapet dari baca Banyuwangi Magazine, diantaranya IT keuangan Banyuwangi jadi yang terbaik di Jatim, benih cabe Jambewangi yang tembus pasar ekspor, tentang BEC, Kawah Ijen, Pelengkung, Lapter Blimbingsari dan lain sebagainya. Semoga Banyuwangi Magazine edisi selanjutnya makin oke dan oke sehingga diminati seluruh lapisan masyarakat yaaa...

Happy Born Day Indonesiaaaaa

Sekarang tanggal berapa?? BERAPAAA??? TUJUH BELAS AGUSTUS! Indonesiaku yang tercinta ultah niiih {} Udah ke 67 tahun :" Pengen deh rasanya ngerasain denyut nadi Indonesia.. Pengen liat Indonesia hidup.. Pengen liat remaja tanah air punya pendirian.. Pengen liat pemimpin bertanggung jawab.. Pengen liat wakil rakyat jujur.. Pengen liat orang-orang miskin jadi hidup berkecukupan.. Pengen liat sungai-sungai jernih mengalir lancar.. Pengen liat hutan-hutan hijau nan asri.. Pengen liat perekonomian Indonesia jadi percontohan dunia Internasional.. Bener-bener pengen liat Indonesia bangkit.. Hidup.. Maju.. Aku bisa nggak ya liat itu semua?

Minggu, 12 Agustus 2012

Kodrat Cewek? Ha?!

"cewek itu ingin dimengerti" FINE sebagai cewek, aku juga butuh pengertian.. Tapi, bukan berarti harus MEMAKSAKAN KEHENDAK. "cewek suka perhatian", aku juga suka diperhatiin. Tapi, bukan berarti harus CARI PERHATIAN. Ada apa sih sama cewek-cewek sekarang? Mereka demen banget cari perhatian? Parahnya, mereka udah kayak jalang. Cari perhatian sana-sini. Sampe-sampe ke cowok yang udah punya pacar. Egois banget sih.

Ayolah.. Kita saling mengerti perasaan.. Aku tahu kok kalian ngerasa nyaman ada di deket cowok. Tapi jangan semurah itu! Jujur, aku ngerasa malu. Apa kalian nggak mikirin martabat kalian sebagai cewek? Apakah dengan cari perhatian berlebih itu bisa mengindahkan pandangan orang lain? Mana ada! Yang ada hanyalah kata "jalang". Haruskah semua cewek jadi jalang untuk memenuhi kodratnya?

Kodrat cewek bukan jadi jalang. Cewek ingin dimengerti dan diperhatikan. Itulah kodrat kalian. Kalau kalian ingin dimengerti, mengertilah orang lain. Kalau kalian ingin diperhatikan, asah potensi dan tunjukan. Maka kalian nggak perlu cari perhatian, karena kalianlah yang akan diperhatikan.

Tunjukan, cewek punya martabat. Tunjukan, cewek punya harga diri. Tunjukan, kalau cewek itu bukan jalang!

cewek bermartabat

Minggu, 05 Agustus 2012

Chapter 2 #2

Beberapa kue jagung dan roti cumi cukup memenuhi kantong bekal kami. Menurut pedagang, Musium Ikan Rogoojen ada di Jalan Barat, 2 km dari kerajaan. Tak mau membuang waktu lagi, kami bergegas ke sana.

Musium itu cukup besar, memiliki halaman seluas seperempat hektar dengan kolam ikan membentang dari belakang gerbang utama sampai beberapa meter di depan pintu masuk. Jembatan dengan lebar 2 meter adalah jalur utama menuju pintu masuk. Musium itu sangat megah dengan hiasan dinding ukiran khas Rogoojen dan etalase raksasa dari kaca anti peluru. Ada ribuan fosil ikan di sini. Dan ratusan ribu ikan hidup. Di musium itu juga terdapat perpustakaan. Buku-buku di sana mayoritas tentang ikan, samudera, atau sejarah leluhur pelaut Rogoojen.

Kami mendapat informasi dari sebuah buku bahwa seorang pelaut asal Desa Syoman, Rogoojen pernah menemukan kakap merah raksasa berukuran 5 kaki dan berat sekitar 50 pon di Pulau Gob, salah satu pulau tak berpenghuni di sebelah barat Eston. Sayang, kakap merah raksasa tersebut tak dapat ditaklukan. Sudah ratusan pelaut mencoba menangkapnya, namun selalu gagal.

Dari ibu kota Rogoojen, kami berkuda menuju Eston. Tepatnya Pelabuhan Vest. Di sana ada kapal barang yang akan berlayar ke Pulau Liba, 10 km dari Pulau Gob. Beberapa keping perak, maka kami akan mendapat sekoci untuk menyebrang menuju Gob. Soal kuda, di Liba kami akan menjualnya. Di sana, kuda termurah adalah seharga 25 keping emas, sedangkan kuda yang kami tunggangi adalah kuda kerajaan. Paling tidak 90 keping emas untuk 2 ekor.


Jumat, 03 Agustus 2012

sisipan :P

jadi ceritanya, aku mau buat karangan. Belum tau sih kedepannya mau jadi apa. Yang penting aku berusaha menuangkan imajinasi.. Sedaaap.. Tokoh utama namanya Kodi of The Flatmounts. Aku pake sudut pandang orang pertama pelaku utama. Jadi di entry-entry ku yang isinya tentang Kodi, kata "aku" bukan Shafira-nya. Tapi Kodi-nya. Yah, wish me luck aja deh..

Um, betewe, aku belum kasih judul loh ._.

Chapter 2

Aku dan Joshi memutuskan untuk memulai pencarian berdasarkan warna pelangi. Dan tentu saja, roh pembimbing. Aku ingat betul mimpi itu, karena aku memimpikannya berulang kali. Pencarian pertama kami adalah permata merah, jadi ikan kakap merah lah yang bertanggung jawab di sini. Rasanya aku ingin segera menyerah saja.. Hey, ada jutaan ikan kakap di dunia! Ah, pasukan keamanan mana yang mudah menyerah.. Aku tidak boleh membiarkan diriku terlalu payah. Ada Joshi yang setia membantuku, Duke Costa yang selalu membenarkan jalanku, dan Sir Frank yang tak bosan mendengar dan menjawab pertanyaanku. Oh, ini curahan hatiku..

Baiklah, aku dan Joshi akan pergi ke Rogoojen. Di sana adalah surganya ikan. Rogoojen adalah tempat pelelangan ikan terbesar di Smerg Land. Kami berharap, akan ada banyak info tentang kakap merah yang kami dapat.

Dari ibu kota Queryn, kami berkuda menuju pesisir Talassa di Rogoojen. Sekitar satu setengah hari berkuda. Dan benar saja, setelah kami sampai, kami benar-benar melihat surga pelelangan ikan. Ikan-ikan segar saling bertumpukan. Terlihat para pengepul sedang melakukan transaksi dengan para nelayan. Peti-peti yang diangkut dengan tronton serta keranjang penuh dengan ikan yang dipikul. Mata kami membelalak dan mulut kami merekah, kami benar-benar terperangah.

Aku dan Joshi kemudian mencari pedagang kakap merah. Aku berasumsi kalau kakap merah yang dimaksud roh pembimbingku adalah yang berukuran besar. Sesuai yang ada di mimpi. Namun, setelah kami berjalan mengitari Talassa, kami tak melihat kakap merah berukuran besar yang kami kehendaki. Kata Joshi, ada musium ikan di ibu kota Rogoojen. Mungkin di sana kami mendapat informasi.

Setelah beberapa jam berkuda, akhirnya kami sampai di pusat kota. Rogoojen memiliki lima jalan utama. Di persimpangan, terdapat banyak sekali pedagang. Mayoritas penjual makanan. Joshi memintaku untuk membeli beberapa makanan untuk bekal sekalian bertanya arah menuju ke musium ikan. bersambung

Rabu, 01 Agustus 2012

Chapter 1

Kerajaan Queryn terkutuk. Kegelapan yang dulu 'pernah' hilang, sekarang tak lagi berlaku. Pewaris takhta satu-satunya sekarang berada di ambang kematian. Entah kutukan apa yang telah diberikan Kegelapan kepada Queryn hingga merenggut nyawa Raja dan Ratu serta ratusan rakyat lainnya. Sebagai pasukan keamanan Queryn, aku belum bisa berbuat apa-apa. Namun mimpi-mimpi itu masih menghantuiku. Begitupula Joshepine of the Blueocean, sahabatku. Dia bercerita tentang mimpinya kepadaku. Mimpi yang pernah aku alami setahun yang lalu, saat usiaku 17 tahun, setara usia Joshi. Mimpi akan 7 permata; permata pelangi. Namun 4 malam yang lalu, aku bermimpi tentang makhluk aneh yang sedang berdiri di atas bumi serta diatasnya terlihat bulan purnama yang sangat besar. Makhluk itu membawa sekuntum mawar ungu tua yang hampir layu.Yang aku ingat, makhluk itu berkepala singa dengan luka bakar di pelipis, bersirip merah seperti ikan kakap, bersayap lebah, dan berkaki kera merah jambu yang cacat. Makhluk itu membisikkan kata-kata.. "roh pembimbing". Aku masih belum memahaminya. Aku memikirkannya semalaman.

Duke Costa mengajak kami ke gudang senjata kuno di dalam istana. Ia bercerita panjang lebar tentang Raja 4 abad yang lalu, Raja Balthazar yang menyelamatkan Queryn dari kutukan Terezsa, Sang Kegelapan. Rakyat Queryn mengalami pendarahan pada sebelah telinga. Penyakit itu terus menyebar hingga menimpa Raja dan Ratu. Mereka akhirnya tewas sebelum sempat Balthazar selamatkan. Balthazar tidak terkena kutukan karena darah Dewa mengalir di dalam dirinya. Dewa mewarisi keturunannya dengan roh pembimbing. Roh pembimbing Balthazar memberinya pedang berhiaskan 8 permata pelangi lewat mimpi. Namun ketika ia bangun, pedang itu ada di genggamannya.

Awalnya ia tak mengerti bagaimana memfungsikannya. Namun roh itu membimbingnya lewat ilusi. Balthazarpun mengerti. Ia menyelamatkan nyawa-nyawa yang tersisa. Mereka-rakyat Queryn-rela kehilangan sebelah telinganya yang depotong dengan pedang permata demi kelangsungan hidup mereka. Singkat cerita, Balthazar menjadi raja dan menghukum mati  Terezsa. Namun sayang, ia telah menyebarkan kedelapan permata itu ke seluruh penjuru dunia agar para penerus Balthazar tidak dapat menghalau kutukan yang diberikan oleh anak cucunya, untuk membalas dendam.

Setelah mengetahui tentang mimpi kami, Duke Costa tercekat. Ia mencengkeram bahu kami dan berkata "Kau.. Kau penerus Balthazar". Demi Dewa! Ini adalah kenyataan paling tak menyenangkan setelah Queryn dalam kutukan. Kami harus mencari kedelapan permata itu. Namun setelah kupikir-pikir, ini adalah sebuah petualangan yang.. Yah.. Mungkin akan menyenangkan. Demi Queryn, aku akan melakukan apapun!! Baiklah Joshi, ayo kita mulai!